Jejak langkah Pulau Sempu
Tgl 21 januari akhirnya tiba, waktu dimana kami merencanakan Trip ke sempu, awalnya aq pesimis bisa ikut, karena kerjaan ga bisa di tinggal. ternyata dewi fortuna sedang berpihak ke saya, dengan persiapan matang berangkat lah saya ke sempu, terlebih dahulu transit di Surabaya. Berangkat dari Cepu jumat tgl 20 januari sore, bermalam di surabaya numpang nginep di rumah teman (Thanks ya roby atas tumpangannya). Sabtu jam 4 kami ber empat berang kat ke Malang untuk ketemu rombongan dr jakarta dan pekalongan.
Sabtu 21 januari kami
ber4 tiba di malang, dua teman dari pekalongan sudah tiba, kami berempat segera
cari angkot menuju stasiun, dimana teman-teman dari jakarta menunggu di
stasiun, ternyata angkot di malsng lama banget ngetemnya, padahal waktu sudah
semakin siang, akhirnya salah satu dari kami berinisiatif carter angkot dr terminal, setelah nego
dengan sopir angkot akhirnya kami sepakati harga untuk carter dari malang ke
sendang biru , jam 9 pagi kami rombongan berangkat ke sendang biru, dimana kami
akan melanjutkan perjalanan ke Pulau Sempu dengan menggunakan Perahu.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam perjalanan,
dengan jalan yg berliki-liku akhirnya tiba lah kami di sendang biru. setelah
perijinan, sewa sepatu ( wajib lho sewa
sepatu khusus karena medan yg berlumpur , klo menggunakan sepatu gunung
sekalipun akan rusak), persiapan perbekalan sudah beres, saatnya kami siap
mengarungi selat sendang biri menuju pulau Sempu, saat menuju kapal hujan
mengiringi perjalanan kami, 15menit kami mengarungi selat sendang biru, tiba
lah kami di mana kami akan memulai traking yang berlumpur, dengan semangat
membara kami mulai perjalanan berlumpur (Tidak lupa berdoa dulu), di depan kami
ada rombongan yg akan menuju segara anakan juga, kami pun mengikuti mereka,
setelah perjalanan hampir 1 jam ternyata kami salah jalan, dengan kesepakatan
bersama kami berbalik arah melanjutkan perjalanan dan menyempatkan diri narsis
ria (Foto-foto dulu). setelah kami menemukan jalan yang benar ternyata jalannya
semakin berlumpur, wow....... mulai persiapkan tenaga ektra. Dengan masih
semangat membara kami trus lalui lumpur-lumpur itu, hari semakin senja, gelap pun kian merambat, kami trus melanjutkan
perjalanan, dengan mencari-cari jalan yang benar kami trus berjalan. Malam pun
semakin merambat, kami sudah siap senter, (ternyata ga semua bawa senter), kami
pun berbagi, yang bawa senter nerangin yang ga bawa, dengan jalan berhati-hati
kami trus melanjutkan perjalnan, penat semakin kami rasakan, tapi kami terus
berjalan, hingga tiba lah kami di tebing, penuh ke hati-hatian kami trus
berjalan, dan sekali-kali berhenti.
Jam 8 malam akhirnya kami ber6 tiba di segara anakan, 4 org
dari kami sudah duluan tiba dan mendirikan tenda. Setelah meletakan tas kami
langsung berendam di pantai segara anakan.... kepenatan yang kami rasakan
berangsur-angsur hilang. Bersih-bersih dari lumpur sudah, saatnya siap-siap
buat makan malan, menu makan malam mi goreng dan nasi, karena kebersamaan
nikamat juga meski menu sederhana. Rasa kantuk kian tak tertahan akhirnya kami memutuskan
untuk tidu awal, dari rencana awal mau main monopoli.
Sayup-sayup terdengar obrolan orang-orang, dengan masih agak
ngantuk dan sedikit lelah kami keluar tenda, dan keindahan mulai nampak di
depan kami, sambil menanti munculnya sang surya kami duduk-duduk sambil
menikmati pantai segara anakan, sedikit demi sedikit ,mulai terlihat keindahan
segara anakan, sungguh keindahan tak mampu kami lukiskan, lelah, penat yang
kami rasakan saat perjalanan musnah tergantikan dengan keindahan yang kami
lihat.
Setelah puas menimati keindahan segara anakan dan berenang
di pantai segara anakan yang tenang (Meskipun saya tidak bisa berenang) kami
masak untuk makan pagi kami, setelah sarapan kami kembali menikmati keindahan
segara anakan sambil hunting-hunting foto, dan berfoto-foto ria, rasanya enggan
kami untuk beranjak dari segara anakan ini.
Tak terasa waktu semakin siang, rencana awal kita akan
melakukan traking menjelajah sempu kami urungkan, mengingat teman-teman dari
jakarta harus ngejar jadwal kereta, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke
sendang biru, dan ngecam di tempat kapal menjemput
Jam 15.00 kami siap menuju kapal dimana akan menjemput kami,
jalan pulang ternyata lebih berat, lumpur semakin lengket di sepatu kami (mkin
karena banyak orang yang melewati), diperjalana akhirnya kami memutuskan untuk
langsung kembali ke sendang biru, 4 teman kami jalan lebih dulu karena harus
menghubungi penyewa kapal untuk menjemput kami malam. Kami ber enam terus
melanjutkan perjalanan pelan-pelan karena lelah sangat mendera. Jam 19.00 tiba
lah kami berenam di mana perahu telah menanti, kami istirahan sebentar dan
melanjutkan naik perahu yang akan membawa kami ke sendang biru. Saat hampir
tiba di sendang biru hujan menguyur kami, sempat panik juga karena hujan
diiringi angin. Alhamdulilah dengan perjuangan sang nahkoda akhirnya kami turun
dari perahu. Atas usul penyewa perahu
kami bermalam di mushola (tentunya ijin dulu dengan penjaga).
Sebuah kisah perjalanan yang sangat menguras tenaga, tapi
semua itu ga ada artinya di banding keindahan pulau sempu, dan ketenangan
pantai segara anakan yag biru saat dilihat dari jauh, dan jernih saat kita
berenang. TUHAN Maha segalanya, menciptakan keindahan alam, yang tak mampu kita
lukis kan dengan kata-kata. Segara anakan adalah salah satu harta alam yang
masih tersembunyi.
keren sekali :3
BalasHapus